Rabu, 26 Agustus 2020

 

Aqiqah Cimahi, Aqiqah Nurul Hayat Cimahi, Kampung Adat Cireundeu








“Teu Boga Sawah Asal Boga Pare

Teu Boga Pare Asal Boga Beas,

Teu Boga Beas Asal Bisa Nyangu,

Teu Nyangu Asal Dahar,

Teu Dahar Asal Kuat.”

“Tidak Punya Sawah Asal Punya Beras,

Tidak Punya Beras Asal Dapat Menanak Nasi,

Tidak Punya Nasi Asal Makan,

Tidak Makan Asal Kuat.”[1]


Hai Semua! Mari kita luangkan waktu sejenak untuk membaca. Jangan lupa baca doa ya!

Kali ini aku akan mengulas sedikit tentang suatu hal yang menarik di Kota Cimahi. Ada yang familiar dengan kalimat di atas? Betul sekali! Kalimat tersebut berhubungan erat dengan adat istiadat yang ada di Kampung Adat Cireundeu Kota Cimahi.

Konon katanya, tapi sudah terbukti faktanya, kampung ini punya adat yang unik! Jika hampir sebagian besar rakyat Indonesia, khususnya Jawa, tidak bisa disebut ‘makan’ bila belum mengkonsumsi nasi, sebaliknya penduduk Kampung Cireundeu justru pantang makan nasi. Ya, nasi adalah makanan yang haram mereka makan.

Oke, kita akan melihat Kampung Cireundeu ini dari segi geografisnya dulu. Kampung Cireundeu terletak di Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan. Ada sekitar 50 kepala keluarga atau 800 jiwa yang sebagian besar mata pencahariannya adalah bertani ketela. Memiliki luas 64 hektar, terdiri dari 60 hektar untuk pertanian dan 4 hektar untuk pemukiman.[2]

Kampung Cireundeu, Aqiqah Cimahi, Aqiqah Nurul Hayat, Aqiqah Murah


Dari penjelasan di atas, sudah bisa dibayangkan betapa asrinya kampung ini, kan? Lahan pertaniannya bahkan lebih besar daripada pemukiman warganya. Penduduknya tidak terlalu padat dibandingkan dengan perkotaan yang penuh sesak.

Masyarakat Cireundeu sangat memegang teguh kepercayaan, adat-istiadat, serta prinsip mereka. Mereka berpegang kuat pada prinsip yang disebut “Ngidung ka waktu, mibapa ka jaman” yang bermakna “Memiliki cara, ciri, dan keyakinan masing-masing serta tidak melawan perubahan zaman”.[3]

Kembali lagi pada kalimat yang kutulis di awal artikel. Tulisan tersebut ternyata merangkum asal mula para masyarakat Cireundeu pantang mengkonsumsi nasi.

Tradisi tidak mengkonsumsi nasi sudah dijalankan sejak 101 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1918 di mana saat itu masyarakat Indonesia sangat miskin lantaran penjajahan bangsa Belanda. Hasil panen masyarakat khususnya beras diangkut tanpa sisa. Masyarakat hanya bisa mengganjal perut dengan sisa kekayaan alam yang masih bisa dimakan. Dipimpin sesepuh Aki Ali, gerakan tidak mengkonsumsi nasi disepakati oleh seluruh masyarakat kampung pada tahun 1924 hingga saat ini.[4]

Lalu apa yang mereka konsumsi selama ini? Pengganti nasi yang mereka sebut dengan Rasi. Rasi adalah singkatan dari ‘beras singkong’. Terbuat dari singkong yang mereka olah sedemikian rupa sehingga menyerupai nasi. Itulah mengapa sebagian besar masyakatnya bertani ketela karena memang singkong adalah makanan pokok mereka.

Untuk mendapatkan rasi yang berkualitas, masyarakat Cireundeu mengolahnya dari singkong unggulan jenis Garnawis dan Karihkil yang masa tanam hingga panennya memerlukan waktu 1 tahun loh![5]

Rasi, Aqiqah Cimahi, Aqiqah Nurul Hayat, Aqiqah Murah
rasi


Kalau ada masyarakatnya yang sengaja atau tidak sengaja makan nasi, akan dikenakan sanksi sosial lantaran dianggap tidak mematuhi adat istiadat. Kalaupun ada yang merantau ke luar Cireundeu dan tidak bisa mengelak makan nasi, maka sesepuh akan mengadakan upacara adat untuk menetralisirnya.[6]

Tidak diperbolehkan makan nasi, bukan berarti dilarang makan makanan yang lain ya. Mereka tetap boleh makan olahan selain nasi, seperti umbi-umbian, kacang-kacangan, buah-buahan, atau daging. Rasi tetap enak disantap dengan pendamping lainnya, seperti daging, ayam, ikan, dan telur, juga sayur sayuran.

Hal ini diterangkan di dalam jurnal berjudul “Kearifan Lokal dalam Diversifikasi Pangan” karya Winati Wigna dan Ali Khomsah yang menerangkan bahwa, mereka tetap terbuka dengan segala kemajuan zaman dan lainnya. Bila ada masyarakat Cireundeu yang menikah dengan luar Cireundeu yang notabene mengkonsumsi nasi, maka mereka tetap menyediakan nasi untuk pasangannya.[7]

Adat istiadat yang kental, akan tetapi tetap mengikuti perkembangan zaman merupakan hal yang sangat menarik di dalam masyarakat Indonesia.

Masyakarat Cireundeu yang berpegang teguh pada adat mengingatkanku pada salah satu tradisi dalam umat Islam yang dilakukan sekali seumur hidup, yakni Aqiqah.

Meskipun Aqiqah dihitung sunnah, tetapi ada beberapa riwayat yang menyatakan bahwa seorang anak akan tergadai kelak di akhirat apabila belum diaqiqahi. Dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor kambing untuk anak perempuan.

AQIQAH MURAH CIMAHI

Untungnya, aqiqah sekarang bisa dilakukan dengan sangat mudah. Tidak perlu lagi repot-repot membeli kambing dan menyembelihnya sendiri. Ada satu jasa aqiqah yang bediri sejak tahun 2001. Kabar baiknya, jasa aqiqah ini sudah tersebar di seluruh wilayah Indonesia, termasuk Kota Cimahi!

Betul sekali, Aqiqah Cimahi Nurul Hayat!

Aqiqah Cimahi, Aqiqah Nurul Hayat, Aqiqah Murah
Aqiqah Cimahi


Aqiqah Cimahi Nurul Hayat tidak hanya memiliki kualitas bintang lima, harganya pun murah, bisa disesuaikan dengan kebutuhan.

JASA AQIQAH CIMAHI

Terletak di Jl Raya Cilember No 280 Sukaraja, Cicendo, Kota Bandung JAWA Barat, Aqiqah Cimahi Nurul Hayat menyediakan jasa aqiqah dengan berbagai macam pilihan.

KAMBING AQIQAH

Lalu bagaimana dengan syarat-syarat kambing yang digunakan untuk aqiqah? Tidak perlu khawatir, karena Aqiqah Cimahi Nurul Hayat sudah pasti terjamin amanah dan sesuai dengan syariat Islam.

Jadi, meskipun disantap dengan rasi, manis gurihnya rasa sate kambing dan olahan gule yang sedap tetap nikmat disantap selagi hangat. Apalagi sate dan gulenya diolah oleh Aqiqah Cimahi Nurul Hayat.

Aqiqah Cimahi, Aqiqah Nurul Hayat, Aqiqah Murah, Kambing Aqiqah, Sate, Gule
Sate dan Gule


AqiqahCimahi Nurul Hayat

Jl Raya Cilember No 280 Sukaraja

Cicendo, Kota Bandung

Jawa Barat

08112435600

 

AqiqahMurah 

Aqiqah Nurul Hayat 

Jasa Aqiqah Cimahi

 

Hi All...! Feel free to check this out! Dont forget to comment and follow my page, TYSM!

Menengok Sang Mutiara dari Priangan Timur

Aqiqah Nurul Hayat Part II

Aqiqah Nurul Hayat Part I

Wolf Girl and Black Prince - my anime review

Clannad - my anime review

See Jane Run - my book review


[1] https://cimahikota.go.id/artikel/detail/386

[2] Idiom

[3] Idiom

[4] https://travel.tribunnews.com/2019/04/03/intip-keunikan-kampung-adat-cireundeun-kota-cimahi-ada-tradisi-tidak-makan-nasi-sejak-tahun-1918

[5] Idiom

[6] Idiom

[7] www.jurnalpangan.com

NICHOLE HOMEWORK . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates